FITRAH SASTRA ISLAM INDONESIA
Oleh : Antilan Purba
Tiga pertanyaan penting yang termasuk dalam judul makalah. Pertama, apakah sastra Islam Indonesia. Kedua, bagaimanakah sastra Islam Indonesia. Ketiga, mengapa dengan Sastra Islam Indonesia. Dengan pembahasan ini pengetahuan, pemahaman tentang keapaan, kebagaimanaan dan kemengapaan Sastra Islam Indonesia semakin luas.
1. Apakah Sastra Islam Indonesia ?
Sebelum dibahas pengertian Sastra Islam Indonesia, pengertian sastra keagamaan perlu diuraikan. Istilah sastra keagamaan disinonimkan dengan satra religius. Sastra keagamaan adalah sastar yang menampilkan persoalan keagamaan. Dalam artikel Posisi Sastra Keagamaan Kita Dewasa Ini, Goenawan Muhammad berpengertian bahwa sastra keagamaan, genreyang bermaksud dengan sadar memberikan jawaban situasi berbasiskan nilai-nilai yang bersifat tradisional keagamaan.
Sutan Takdir Alisjahbana berpengertian bahwa sastra keagamaan adalah sastra yang menjelmakan perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan diartikan sebagai dua hal, yaitu sebagai perasaan yang bertaut dengan agama; dan perasaan “bertuhan” dalam kalbu setiap manusia yang mengacu pada agama tertentu.
Dalam Reigiositas Alam dari Suredisme ke Spritualisme D. Jawawi Imran, Abdul wachid, B. S, berpengertian bahwa kesusastraan religius jika di dalamnya mempersoalkan dimensi kemanusiaan dalam kaitannya dengan dimensi transendental. Kesusastraan religus selalu membicarakan persoalan kemanusian yang bersifat profan dengan ditopang nilai kerohanian yang berpuncak pada Tuhan melalui lubuk hati terdalam kemanusiaannya.
Dalam artikel Membongkar Ruang Sempit Sastra Religius, Ahmadun Yosi Herfanda berpengertian bahwa sastra religius adalah karya sastra yang memancarkan semangat untuk setia pada hati nurani serta sifat-sifat dan Kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Karena sastra lahir dari nurani kreatif yang berfitrah religius, maka semangat religius sesungguhnya merupakan semangat yang paling fitrah (hakiki). (Republika, Ahad, 1 Agustus 2004, 8, Budaya).
Sastra keagamaan itu bisa berbentuk tiga macam. Pertama, membentuk sastra keagamaan yang dianalogikan pada kitab suci tertentu. Kedua, sastra keagamaan yang dilahirkan dari kesadaran atau naluri bertuhan yang mengacu pada satu ajaran agama hingga lebih bersifat nilai yang universal. Ketiga, sastra keagamaan yang ditulis dengan semangat religi untuk berdakwah bagi agama tertentu.
Istilah sastra Islam diistilahkan juga sastra Islami (Emha Ainun Najib), sastra pencerahan (Danarto), sastra profetik (Kuntowijoyo), sastra sufitstik (Abdul Hadi, W. M), sastra zikir (Taufik Ismail), sastra transendental (Sutarji Calzom Bahri), sastra terlibat dunia dalam (M. Fudoli Zain).
Istilah sastra Islam pertama sekali diperkenalkan oleh Hamka pada 1930-an. Beliau adalam pelopor sastra Islam Indonesia. Novel Islamnya berjudul Tengelamnya kapal Van Der Wicjk (1938) dan Di Bawah Lindungan Kakbah (1938). Dalam kedua novelnya telah disimbolkan perjalanan spritual dan ibadah yang wajib dilakukan seorang muslin yang baik.
Hamka, dkk berpengetian sastra Islam adalah sastra untuk kebaktian kehadirat Allah. Dalam Manifes Kebudayaan dan Kesenian Islam, 15 Desember 1963 di Jakarta dideklarasikan untuk merespon Lekra dan Manifes Kebudayaan, 17 Agustus 1963 para seniman, kebudayaan muslim beserta para ulama yang dimotori Djamaluddin Malik merumuskan bahwa kesenian (kesusastraan) Islam adalah manifestasi dari rasa, karsa dan cipta dan karya manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia. Sastra Islam adalah sastra karena Allah untuk manusia yang dihasilkan para seniman muslim yang bertolak dari ajaran wahyu Ilahi dan fitrah Insani (dalam Helvi Tiana Rosa, 2003 : 5).
A.A Navis berpengertian bahwa sastra Islam adalah sastra yang melukiskan kebenaran, kesempurnaan dan keindahan yang mengandung kaidah syariat Islam yang dituliskan oleh sastrawan muslim dan memahami teologi Islam serta hasilnya akan menjadi ingat kepada Allah dan berfaedah untuk manusia.
Dalam artikel Sastra Islam dan Dakwah Islamiah A. Husin Syarnubi berpengertian sastar Islam adalah sastra yang berjiwa Islam sesuai dengan konsep Islam yang mengandung amanat yang disampaikan kepada manusia, yaitu berbuat baik, mencegah berbuat munkar (Telita, Rabu, 19 Oktober 1988 : VI).
Emha Ainun Nadjip pada 1995, berpengertian bahwa sastar Islam adalah suatu kerja kesusastraan dalam suatu kerangka kesadaran nilai keislaman baik formal maupun informal, eksplisit maupun inplisit (Purba, 2006, 5).
Berbasis pengertian di atas jelas bahwa sastra Islam adalah sastra karena dan untuk Allah yang ditulis sastrawan Islam berdasarkan ajaran Islam demi mengingatkan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sastar Islam Indonesia adalah sastra Islam yang berbahasa Indonesia yang melukiskan kebenaran, kesempurnaan, dan keindahan yang mengandung kaidah menurut syariat Islam yang ditulis sastrawanmuslim Indonesia dan memahami teologi Islam serta hasilnya akan membuat manusia ingat kepada Allah dan berfaedah untuk manusia (Purba, 1999 :4).
Umumnya disepakati bahwa karya sastar Hamka, Amir Hamzah, Ali Hasjmy, Rirai Ali, Taufik Ismail, Goenawan Muhammad, Emha Ainun Nadjib merupakan karya sastar religius Islam. Lalu muncul generasi muda seperti Ahmadun Yose Herfanda, Matori Al Elwa, Abdul Warhid, B.S Abidah Ek Khailagy, Ulfatia Jamal.D Rahman. Kemudian disusul oleh kelompok Forum Lingkar Pena (FLP), Hely Tiana Rosa, dkk.
2. Bagaimanakah Sastra Islam di Indonesia ?
Kebagaimanan sastra Islam Indonesia berkait dengan konsep yang mendasarinya dan ciri-cirinya. Tiga konsep dasar sastra Islam Indonesia, yaitu tauhid, tegas dalam prinsip dan iman dan amal saleh. Pertama konsep dasar sastra Islam adalah tauhid. Sebab, dasar ajaran Islam adalah tauhid, atau menegaskan Allah. Jiwa Tauhid mendorong sastrawan muslim menyampaikan sastranya. Ajaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasulullah adalah ajaran dasar Islam. Tuhan menurut konsep dasar Islam adalah Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidan ada yang serupa denganNya. Dia yang menciptakan dan memelihara alam, sedang manusia yang diciptakan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan ijinNya.
Kedua, konsep dasar sastra Islam adalah tegas dalam Prinsip. Oleh karena itu, dituntut konsep dasar ini muncul ke permukaan. Hikmah bijaksana adalah metode dalam Islam. Melalui cara ini, lahir karya sastra yang menarik pembaca sehingga manusia semakin tertarik dengan Islam. Berusaha mempelajari Islam dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, konsep dasr sastra Islam adalah iman dan anak saleh. Hal ini dilandasi oleh QS Asy Syu’ara:224:227, yaitu : ”Dan para penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat” . ”Tidaklah engkau melihat sesungguhnya mereka mengembara pada tiap-tiap lembah. Dan sesungguhnya mereka mengatakan apa tidak mereka kerjakan. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan banyak mengingat Allah dan mereka mendapat pertolongan sesudah mnereka dianiaya. Dan orang-orang zalim itu akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”
3. Ciri-Ciri Sastra Islam
Berbagai sastra Islam yang dikemukaakan di bawah ini . pada tahun 1987, Atmo Suwito mengemukakan ciri-ciri sastra Islam, yaitu:
1. Penyerahan diri, tunduk dan taan kepada Sang Pencipta
2. Kehidupan yang penuh denagn kemuliaan
3. Perasaan batin yang penuh dengan kemuliaan
4. Perasaan berdosa
5. Perasaan takut
6. Mengakui kebesaran Tuhan (dalam Ahmad, S.Reimi, 2001 :8)
Helvi Tiana Rosa mencirikan satra Islam sebagai berikut :
1. Sastra Islam tidak akan melaalikan pembacanya dari dzikrullah. Ketika kita membaac, kita akan diingatkan kepada ayat-ayat kauliyah maupun kauniyah-Nya. Ada unsur amar makruf nahyi munkar denagn tanpa mengurangi ibrah dan hikmah. Ia kepar bercerita tentang cinta, baik pada Allah dan sesama makhluk, sesama manusia, hewan, tumbuhan, alam raya.
2. sastar Islami lahir dari tangan seorang Muslim yang memiliki ruliyah Islam yang kuat dan wawasan Islam yang luas. Penilaian apakah karya tersebut daapt disebut sastar Islam atau tidak, bukan hanya dilihat pada karya semaat, namun juga dari pribadi pengarang, proses pembuatannya hingga dampaknya pada masyaarkat. Sastar Islam bagi pengarang adalah suatu pengabdian yang harus dipertanggungjawabkan paad umat dan Allah. Sastra dalam kehidupan seorang muslim dan muslimah pengarang adalah bagian dari ibadah. Sang penagrang, kehidupan Islam dan karyanya menjelma satu kesatuan.
3. karya sastar Islam tidak akan pernah mendeskripsikan hubungan badani, kemolekan tubuh perempuan atau betapa indahnay kemaksiatan secara vulgar denagn mengatasnamakan seni atau aliran sastar apapun. Ia juga tak membawa kita pada tasyahbid bil kuffur, apalagi jenjang kemusyrikan.
4. sastra Islam harus berpihak pada kebenaran dan keadialn. Para sastrawan memiliki komitmen untuk menghasilkan karya sastra Islam, tidak menagrang semata-mata untuk menjelma kepada ”macam kertas” denagn doktrin sastra untuk sastar. Juga bukan tipikal pengarang yang mengagung-agungkan kebebasan tan pa batas dalam berekspresi dan menelan mentah-mentah perkataan sastra Human reality is free, basicakly and completely free.
3. Mengapakah Dengan Sastra Islam Indonesia ?
Kemengapaan Sastra Islam Indonesia berkait dengan masalah keberadaannya.
Sastra Islam Indonesia selama ini tidak diperdulikan umat Islam Indonesia. Terakhir ini terpopuler karena karya sastra novel Ayat-ayat Cinta. Habibburahman EL Shirazy yang tetlah pula difikirkan. Membuat umat kaset dan rersentak serta bangga.
Menggapa tidak diperdulikan. Sejarahnya karena Belanda melarang karya-karya sastra bertemu agama khususnya dan tema religius Islam. Sampai-sampai A. Tew berpendapat bahwa karya sastra Novel Hamka adalah roman murahan atau novel populer.
Sastra Islam Indonesia juga dipinggirkan buktinya diperguruan-perguruan Islam, kajian sastra Islam Indonesia tidak ada. Para sarjana Islam masih menganggap tidak penting menelaah dan mendalami sastra Islam Indonesia.
Jika mau jujur sastra Islam Indonesia sudah ada sejak sastra Indonesia ada. Keberadaannya dalam sejarah sastra Indonesia tidak dapat dipinggiri. Jika ada yang memungkiri berarti melupakan keadaan yang sebenarnya. Oleh karewna itu umat Islam dan sastrawan Islamharus mempelajari lebih serius lagi sastra Islam Indonesia.
Khasanah sastra Islam Indonesia merupakan khasanah Umat Islam Indonesia telah banyak menghasilkan karya sastra Islam Indonesia.
Sastra Islam Indonesia adalah sastra Indonesia bercorak Islam. Atau sastra Indonesia bertema dan bernuansa Islam. Atau sastra Islam Indonesia adalah sastra berwacana Islam.
Medan, 28 Juni 2008
DAFTAR PUSTAKA
Herfanda, A, Y, 2004, “ Membongkar Ruang Sempit Sastra Religius,” dalam Republika, Jakarta
Purba, A, 2005, ” Sastra Islam Sastra karena ALLAH,” dalam Mimbar Umum, Medan
Purba, A, 2005, ”Hamka dan Amir Hamzah Pelopor Sastara Islam Indonesia,” dalam Waspada, Medan
Purba, A, 2006, ” Sastra Sekuler Kontra Sastra Islam,” dalam Mimbar Umum, Medan
Purba, A, 2007, Kompleksitas Sastra Indonesia, USU Press, Medan
Purba, A, 2008, Sastra Bangsa Indonesia, USU Press, Medan
Medan, 28 Juli 2008
Rabu, 12 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar